1. Pengertian
bimbingan karir menurut beberapa ahli
Menurut
Dr. P. M. Mattari, (1983). Bimbingan yang menitik beratkan kepada perencanaan
kehidupan seseorang dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dan lingkungannya
agar dia memperoleh pandangan lebih luas mengenai pengaruh dari segala peranan
positif yang layak dilaksanakan dalam masyarakat. Sedangkan menurut Frank
Parson (dalam thayeb marinhu,1908 hal 29:30 ), Vocational Guidance merupakan
bantuan untuk mencari pekerjaan. Namun pengeretian ini meluas, bukan hanya
mencari pekerjaan saja. National Vocational Guidance Assosiation dalam prayitno,1999
hal 27) 2mengartikan sebagai pemberian penerangan, pengalaman dan nasehat dalam
memilih, mempersiapkan, memasuki dan memperoleh kemajuan pekerjaan. Sedangkan
Donald E. Super (dalam prayitno,1999 hal 28), mengartikan vocational guidance
sebagai suatu proses membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan
dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja.
2. Dasar-dasar
pemberian bimbingan karir di SMA
Dasar-dasar pelaksanaan bimbingan
karir di SMA Pelaksanaan Bimbingan karir di sekolah, khususnya SMA didasarkan
atas beberapa faktor diantaranya adalah perkembangan anak didik menuntut
kemampuan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, sebagian besar hidup manusia
yang berlangsung dalam dunia kerja, keperluan dunia kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan, kebutuhan manusia untuk mengenal syarat-syarat
pelaksanaan pekerjaan dan persyaratan yang dituntut dari pelaksanaan pekerjaan
tertentu, kemampuan manusia berpikir rasional, nilai dan norma yang tercakup
dalam falsafah pancasila, nilai-nilai martabat manusia, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat, dan bayak lagi faktor yang mempengaruhinya.
3. Tujuan
pemberian Bimbingan Karir di SMA
Secara
umum tujuan Bimbingan karir di sekolah ialah membantu siswa dalam pemahaman
dirinya dan lingkungannya, dalam mengambil keputsan, perencanaan dan arahan
kegiatan yang menuju pada karir, tujuan di berikannya bimbingan karir di SMA
adalah sebagai berikut, agar siswa dapat memilih penjurusan yang tepat yang
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya, agar siswa dapat
meningkatkan pengetahuannya tentang dunia kerja pada umumnya, mengembangkan
sikap dan nilai terhadap diri sendiri dalam menghadapi pilihan lapangan kerja
serta dalam persiapan untuk memasukinya, siswa dapat mengembangkan sikap dan
nilai yang tepat terhadap pekerjaan sehubungan dengan masa depan yang di
cita-citakannya, siswa dapat menguasai berbagai keterampilan dasar yang penting
dalam pekerjaan terutama kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, berprakarsa, dan
sebagainya.
4.
Perspektif Bimbingan karir di SMA
Dalam perspektif pendidikan
nasional, pentingnya bimbingan karir sudah mulai dirasakan bersamaan dengan
lahirnya gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia pada pertengahan tahun
1950-an, berawal dari kebutuhan penjurusan siswa di SMA pada waktu itu.
Selanjutnya pada tahun 1984 bersamaan dengan diberlakukanya Kurikulum 1984,
bimbingan karir cukup terasa mendominasi dalam layanan bimbingan dan penyuluhan
dan pada tahun 1994, bersamaan dengan perubahan nama bimbingan penyuluhan
menjadi bimbingan dan konseling dalam kurikulum 1994, bimbingan karir
ditempatkan sebagai bidang bimbingan. Sampai
sekarang bimbingan karir tetap masih merupakan salah satu bidang bimbingan.
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, dengan diintegrasikanya Pendidikan
Kecakapan Hidup dalam kurikulum sekolah, maka peranan bimbingan karir sungguh
menjadi amat penting, khususnya dalam upaya membantu siswa dalam memperoleh
kecakapan vokasional yang merupakan salah satu jenis kecakapan dalam pendidikan
Kecakapan Hidup.
5.
Tahap-tahap dalam Bimbingan karir
Menurut Ginzberg, Ginsburg, Axelrad,
dan Herma (dalam muhandir,1996, i89:192) perkembangan karier dibagi
menjadi 3 (tiga) tahap pokok, yaitu:
a.
Tahap Fantasi : 0 – 11 tahun (masa Sekolah Dasar)
Pada tahap fantasi anak
sering kali menyebutkan cita-cita mereka kelak kalau sudah besar, misalnya
ingin menjadi dokter, ingin menjadi petani, pilot pesawat, guru, tentara, dll.
Mereka juga senang bermain peran (misalnya bermain dokter-dokteran, bermain jadi
guru, bermain jadi polisi, dll) sesuai dengan peran-peran yang mereka lihat di
lingkungan mereka. Jabatan atau pekerjaan yang mereka inginkan atau perankan
pada umumnya masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya dari TV, video,
majalah, atau tontonan maupun tokoh-tokoh yang pernah melintas dalam kehidupan
mereka. Maka tidak mengherankan jika pekerjaan ataupun jabatan yang mereka
sebut masih jauh dari pertimbangan rasional maupun moral. Mereka memang asal
sebut saja pekerjaan yang dirasa menarik saat itu. Dalam hal ini orang tua dan
pendidik tidak perlu cemas atau pun gelisah jika suatu ketika anak ternyata
menyebut atau menginginkan pekerjaan yang jauh dari harapan orang tua atau pun
pendidik. Dalam tahap ini anak belum mampu memilih jenis pekerjaan/jabatan
secara rasional dan obyektif, karena mereka belum mengetahui bakat, minat, dan
potensi mereka yang sebenarnya.
b.
Tahap Tentatif : 12 – 18 tahun (masa Sekolah Menengah)
Tahap tentatif dibagi menjadi 4 (empat) sub
tahap, yakni: (1) sub tahap Minat (Interest); (2) sub tahap Kapasitas
(Capacity); (3) sub tahap Nilai (Values) dan (4) sub tahap Transisi
(Transition). Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki
minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang lebih berminat di
bidang seni, sedangkan yang lain lebih berminat di bidang olah raga.Demikian juga mereka mulai sadar bahwa
kemampuan mereka juga berbedasatusamalain.Pada sub tahap minat (11-12 tahun)
anak cenderung malakukan pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan hanya yang
sesuai dengan minat dan kesukaan mereka saja; sedangkan pada sub tahap
kapasitas/kemampuan (13-14 tahun) anak mulai melakukan pekerjaan/kegiatan
didasarkan pada kemampuan masing-masing, di samping minat dan kesukaannya.
Selanjutnya pada sub tahap nilai (15-16 tahun) anak sudah bisa membedakan mana
kegiatan/pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana yang kurang
dihargai; sedangkan pada sub tahap transisi (17-18 tahun) anak sudah mampu
memikirkan atau "merencanakan" karier mereka berdasarkan minat,
kamampuan dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan.
c.
Tahap Realistis : 19 – 25 tahun (masa Perguruan
Tinggi)
tahap
reasiltis terjadi pada
usia perguruan tinggi (18 tahun ke atas) remaja memasuki, di mana mereka sudah
mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin
dikejar. Lebih lagi, mereka juga sudah lebih menyadari berbagai bidang
pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing.Oleh sebab
itu pada tahap realistis seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karier
secara lebih rasional dan obyektif. Tahap realistis dibagi menjadi 3(tiga) sub-tahap, yakni sub-sub tahap
(1) eksplorasi (exploration), (2) kristalisasi (chystallization), dan spesifikasi/penentuan (specification).Pada sub tahap eksplorasi
umumnya remaja mulai menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada tahap
tentatif akhir. Mereka menimbang-nimbang beberapa kemungkinan pekerjaan yang
mereka anggap sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai mereka, namun
mereka belum berani mengambil keputusan tentang pekerjaan mana yang paling
tepat. Dalam hal ini termasuk di dalamnya masalah memilih sekolah lanjutan yang
sekiranya sejalan dengan karier yang akan mereka tekuni. Pada sub tahap
berikutnya, yakni tahap kristalisasi, remaja mulai merasa mantap dengan
pekerjaan/karier tertentu. Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri
yang lebih mendalam, serta pengetahuan akan dunia kerja yang lebih luas, maka
remaja makin terarah pada karier tertentu meskipun belum mengambil keputusan
final.
6. Implikasi-implikasi
bimbingan karir di SMA
Implikasi-implikasi bagi Bimbingan Karier di SMA Karena pelajar di sekolah menengah
akan sampai pada tingkat kematangan karir yang berbeda melalui rute yang
berbeda (lancar atau tidak lancar) aktivitas bimbingan karier harus memiliki
tiga penekanan :mendorong
perkembangan karier, menyediakan perlakuan,dan membantu penempatan (mengacu
kepada perpindahan pelajar ketingkat pendidikan selanjutnya atau kekehidupan
pekerjaan.Kegiatan(aktivitas) bimbingan karier pada sekolah menengah harus bisa
mengantar setiap pelajar untuk menangulangi tugas perkembangan menuju
perkembangan karier, dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari
seperangkat pilihan dan rencana yang akan di tetapkan.Penekanan penekanan utama
dalam aktivitas aktivitas bimbingan karier untuk berbagai individu haruslah
didasarkan pada intensitas perencanaan, kesiapan berpartisipasi dalam kehidupan
sebagai pribadi yang independent, dan keterarahan individu-individu kepada
tujuan. Dalam hubungan dengan itu, the nasional conference on Guidance,
Counseling, and placement in Career Development and Education Occupasional
Decision-Making (Cysbers&Pritchard,1969:74)
tujuan-tujuan
untuk aktivitas-aktivitas bimbingan karier di sekolah menengah sebagai berikut
:
a)
Siswa mengembangkan kesadaran akan perlunya
implementasi yang lebih khusus dari tujuan-tujuan karier.
b)
Siswa mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus
guna mengimplementasikan tujuan-tujuan karier.
c)
Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat
memenuhi syarat-syarat memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran di
tingkat sekolah lanjutan, dengan latihan dalam jabatan, atau dengan mengejar
latihan lebih lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan pasca sekolah lanjutan
yang mengantar pada kualifikasi-kualifikasi untuk suatu okupasi khusus.
0 komentar:
Posting Komentar