CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 05 Desember 2013

Bimbingan Karir Untuk Siswa SMA



1.      Pengertian bimbingan karir menurut beberapa ahli
               Menurut Dr. P. M. Mattari, (1983). Bimbingan yang menitik beratkan kepada perencanaan kehidupan seseorang dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dan lingkungannya agar dia memperoleh pandangan lebih luas mengenai pengaruh dari segala peranan positif yang layak dilaksanakan dalam masyarakat. Sedangkan menurut Frank Parson (dalam thayeb marinhu,1908 hal 29:30 ), Vocational Guidance merupakan bantuan untuk mencari pekerjaan. Namun pengeretian ini meluas, bukan hanya mencari pekerjaan saja. National Vocational Guidance Assosiation dalam prayitno,1999 hal 27) 2mengartikan sebagai pemberian penerangan, pengalaman dan nasehat dalam memilih, mempersiapkan, memasuki dan memperoleh kemajuan pekerjaan. Sedangkan Donald E. Super (dalam prayitno,1999 hal 28), mengartikan vocational guidance sebagai suatu proses membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja.
2.      Dasar-dasar pemberian bimbingan karir di SMA
               Dasar-dasar pelaksanaan bimbingan karir di SMA Pelaksanaan Bimbingan karir di sekolah, khususnya SMA didasarkan atas beberapa faktor diantaranya adalah perkembangan anak didik menuntut kemampuan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, sebagian besar hidup manusia yang berlangsung dalam dunia kerja, keperluan dunia kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, kebutuhan manusia untuk mengenal syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan dan persyaratan yang dituntut dari pelaksanaan pekerjaan tertentu, kemampuan manusia berpikir rasional, nilai dan norma yang tercakup dalam falsafah pancasila, nilai-nilai martabat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan bayak lagi faktor yang mempengaruhinya.

3.      Tujuan pemberian Bimbingan Karir di SMA
               Secara umum tujuan Bimbingan karir di sekolah ialah membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam mengambil keputsan, perencanaan dan arahan kegiatan yang menuju pada karir, tujuan di berikannya bimbingan karir di SMA adalah sebagai berikut, agar siswa dapat memilih penjurusan yang tepat yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya, agar siswa dapat meningkatkan pengetahuannya tentang dunia kerja pada umumnya, mengembangkan sikap dan nilai terhadap diri sendiri dalam menghadapi pilihan lapangan kerja serta dalam persiapan untuk memasukinya, siswa dapat mengembangkan sikap dan nilai yang tepat terhadap pekerjaan sehubungan dengan masa depan yang di cita-citakannya, siswa dapat menguasai berbagai keterampilan dasar yang penting dalam pekerjaan terutama kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, berprakarsa, dan sebagainya.
4.      Perspektif Bimbingan karir di SMA                      
               Dalam perspektif pendidikan nasional, pentingnya bimbingan karir sudah mulai dirasakan bersamaan dengan lahirnya gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia pada pertengahan tahun 1950-an, berawal dari kebutuhan penjurusan siswa di SMA pada waktu itu. Selanjutnya pada tahun 1984 bersamaan dengan diberlakukanya Kurikulum 1984, bimbingan karir cukup terasa mendominasi dalam layanan bimbingan dan penyuluhan dan pada tahun 1994, bersamaan dengan perubahan nama bimbingan penyuluhan menjadi bimbingan dan konseling dalam kurikulum 1994, bimbingan karir ditempatkan sebagai bidang bimbingan. Sampai sekarang bimbingan karir tetap masih merupakan salah satu bidang bimbingan. Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, dengan diintegrasikanya Pendidikan Kecakapan Hidup dalam kurikulum sekolah, maka peranan bimbingan karir sungguh menjadi amat penting, khususnya dalam upaya membantu siswa dalam memperoleh kecakapan vokasional yang merupakan salah satu jenis kecakapan dalam pendidikan Kecakapan Hidup.


5.      Tahap-tahap dalam Bimbingan karir                    
               Menurut Ginzberg, Ginsburg, Axelrad, dan Herma (dalam muhandir,1996, i89:192) perkembangan karier dibagi menjadi 3 (tiga) tahap pokok, yaitu:
a.       Tahap Fantasi : 0 – 11 tahun (masa Sekolah Dasar)
               Pada tahap fantasi anak sering kali menyebutkan cita-cita mereka kelak kalau sudah besar, misalnya ingin menjadi dokter, ingin menjadi petani, pilot pesawat, guru, tentara, dll. Mereka juga senang bermain peran (misalnya bermain dokter-dokteran, bermain jadi guru, bermain jadi polisi, dll) sesuai dengan peran-peran yang mereka lihat di lingkungan mereka. Jabatan atau pekerjaan yang mereka inginkan atau perankan pada umumnya masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya dari TV, video, majalah, atau tontonan maupun tokoh-tokoh yang pernah melintas dalam kehidupan mereka. Maka tidak mengherankan jika pekerjaan ataupun jabatan yang mereka sebut masih jauh dari pertimbangan rasional maupun moral. Mereka memang asal sebut saja pekerjaan yang dirasa menarik saat itu. Dalam hal ini orang tua dan pendidik tidak perlu cemas atau pun gelisah jika suatu ketika anak ternyata menyebut atau menginginkan pekerjaan yang jauh dari harapan orang tua atau pun pendidik. Dalam tahap ini anak belum mampu memilih jenis pekerjaan/jabatan secara rasional dan obyektif, karena mereka belum mengetahui bakat, minat, dan potensi mereka yang sebenarnya.

b.      Tahap Tentatif : 12 – 18 tahun (masa Sekolah Menengah)
                Tahap tentatif dibagi menjadi 4 (empat) sub tahap, yakni: (1) sub tahap Minat (Interest); (2) sub tahap Kapasitas (Capacity); (3) sub tahap Nilai (Values) dan (4) sub tahap Transisi (Transition). Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang lebih berminat di bidang seni, sedangkan yang lain lebih berminat di bidang olah raga.Demikian juga mereka mulai sadar bahwa kemampuan mereka juga berbedasatusamalain.Pada sub tahap minat (11-12 tahun) anak cenderung malakukan pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan hanya yang sesuai dengan minat dan kesukaan mereka saja; sedangkan pada sub tahap kapasitas/kemampuan (13-14 tahun) anak mulai melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuan masing-masing, di samping minat dan kesukaannya. Selanjutnya pada sub tahap nilai (15-16 tahun) anak sudah bisa membedakan mana kegiatan/pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana yang kurang dihargai; sedangkan pada sub tahap transisi (17-18 tahun) anak sudah mampu memikirkan atau "merencanakan" karier mereka berdasarkan minat, kamampuan dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan.

c.       Tahap Realistis : 19 – 25 tahun (masa Perguruan Tinggi)              
               tahap reasiltis terjadi pada usia perguruan tinggi (18 tahun ke atas) remaja memasuki, di mana mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar. Lebih lagi, mereka juga sudah lebih menyadari berbagai bidang pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing.Oleh sebab itu pada tahap realistis seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karier secara lebih rasional dan obyektif. Tahap realistis dibagi menjadi 3(tiga) sub-tahap, yakni sub-sub tahap (1) eksplorasi (exploration), (2) kristalisasi (chystallization), dan spesifikasi/penentuan (specification).Pada sub tahap eksplorasi umumnya remaja mulai menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada tahap tentatif akhir. Mereka menimbang-nimbang beberapa kemungkinan pekerjaan yang mereka anggap sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai mereka, namun mereka belum berani mengambil keputusan tentang pekerjaan mana yang paling tepat. Dalam hal ini termasuk di dalamnya masalah memilih sekolah lanjutan yang sekiranya sejalan dengan karier yang akan mereka tekuni. Pada sub tahap berikutnya, yakni tahap kristalisasi, remaja mulai merasa mantap dengan pekerjaan/karier tertentu. Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri yang lebih mendalam, serta pengetahuan akan dunia kerja yang lebih luas, maka remaja makin terarah pada karier tertentu meskipun belum mengambil keputusan final.

6.      Implikasi-implikasi bimbingan karir di SMA        
               Implikasi-implikasi bagi Bimbingan Karier di SMA Karena pelajar di sekolah menengah akan sampai pada tingkat kematangan karir yang berbeda melalui rute yang berbeda (lancar atau tidak lancar) aktivitas bimbingan karier harus memiliki tiga penekanan :mendorong perkembangan karier, menyediakan perlakuan,dan membantu penempatan (mengacu kepada perpindahan pelajar ketingkat pendidikan selanjutnya atau kekehidupan pekerjaan.Kegiatan(aktivitas) bimbingan karier pada sekolah menengah harus bisa mengantar setiap pelajar untuk menangulangi tugas perkembangan menuju perkembangan karier, dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari seperangkat pilihan dan rencana yang akan di tetapkan.Penekanan penekanan utama dalam aktivitas aktivitas bimbingan karier untuk berbagai individu haruslah didasarkan pada intensitas perencanaan, kesiapan berpartisipasi dalam kehidupan sebagai pribadi yang independent, dan keterarahan individu-individu kepada tujuan. Dalam hubungan dengan itu, the nasional conference on Guidance, Counseling, and placement in Career Development and Education Occupasional Decision-Making (Cysbers&Pritchard,1969:74)
               tujuan-tujuan untuk aktivitas-aktivitas bimbingan karier di sekolah menengah sebagai berikut :
a)      Siswa mengembangkan kesadaran akan perlunya implementasi yang lebih khusus dari tujuan-tujuan karier.
b)      Siswa mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus guna mengimplementasikan tujuan-tujuan karier.
c)      Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat-syarat memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran di tingkat sekolah lanjutan, dengan latihan dalam jabatan, atau dengan mengejar latihan lebih lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan pasca sekolah lanjutan yang mengantar pada kualifikasi-kualifikasi untuk suatu okupasi khusus.

0 komentar:

Posting Komentar